Rumah Gadis Pengupas Kelapa di Padang Pariaman Dirubuhkan

5467

TOPIKINI – Setelah kisah Yuliani gadis pengupas kelapa di kanagarian Balah Aia Timur kecamatan Tujuah Koto Sungai Sarik kabupaten Padang Pariaman, muncul di sctv dan indosiar,  keberuntungan mulai menghampirinya. Sabtu pagi, rumahnya sudah dirubuhkan untuk dibangun baru oleh para dermawan.

Yuliani kini sudah bisa sedikit tersenyum. Perjuangannya selama belasan tahun menjalani pahitnya kehidupan, kini mulai berbuah manis. Kamis delapan Juli lalu, kisah pilunya dimuat media televisi. Setelah itu, kisahnya menyebar hingga sampai ke tanah seberang atau di perantauan.

Simpati untuk Yuli mulai berdatangan. Rumahnya yang dulu sangat tak layak , karena berlantaikan tanah dan beratap terpal bocor, langsung dibangun oleh sekelompok anak muda yang tergabung dalam Aksi Solidaritas Piaman Laweh (ASPILA). Sabtu lalu (11/07/2020), rumah Yuli sudah dirubuhkan, untuk dibangun kembali dengan yang lebih layak.

Dengan semangat badoncek atau berlomba lomba memberikan sumbangan, Aspila mengumpulkan donasi dari para dermawan baik di Padang Pariaman ataupun para perantau di dalam dan luar negeri. Rencananya, rumah untuk keluarga Yuli akan dibangun semi permanen dua kamar dengan luas enam kali tujuh meter.

“Senang dapat rumah baru, mudah-mudahan lebih baik,” kata Yuli.

Hingga Minggu petang (12/07/2020), Aspila sudah mengumpulkan dana dari dermawan dan perantau sebanyak lebih kurang Rp 20 juta. Sementara anggaran yang dibutuhkan untuk membanguan rumah Yuli diperkirakan mencapai Rp 25 juta.

“Medengar kisah pilu Yuli, kami langsung bergerak menjalankan donasi, baik bagi dermawan di Padang Pariaman, hingga perantau di luar negeri, seperti Malaysia, Australia, Singapura dan juga pulau Jawa,”kata Azwar Anas, coordinator Aspila.

Yuliani adalah salah satu potret kemiskinan warga kabupaten Padang Pariaman. Sejak usia delapan tahun, ia sudah membantu orang tuanya mencari nafkah menjadi tukang kupas kelapa. Ia pun rela putus sekolah di kelas lima SD, demi mencarikan biaya untuk sekolah adiknya, karena ayahnya tak bisa bekerja.(eki rafki)