7 Tahun Hanya Terbaring, Darul Berharap Dermawan Agar Bisa Sembuh

230
Darul ditemani Ibunya

TOPIKINI – Hampir 7 tahun lamanya, Darul (23) warga Kampung Langgai, Kenagarian Gantiang Mudiak Utara Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), terbaring lemah, tidak bisa berdiri akibat tulang pinggulnya bergeser.

Kondisi ekonomi keluarga, anak kedua dari delapan bersaudara, pasangan Perenarizal dan Polisma Yarni, hanya bekerja sebagai buruh tani. Membuat keluarga Darul hanya bisa pasrah dengan kondisi anaknya.

Untuk perawatan ke rumah sakit biaya tidak ada, hanya pengobatan tradisional tukang urut, yang bisa dilakukan pasangan Perenarizal dan Polisma Yarni.

” Mau bagaimana lagi biaya tidak ada untuk ke rumah sakit, hanya obat tradisional saja yang bisa,” ucap Polisma Yarni, pada beberapa awak media,Sabtu (11/4).

Dituturkan Polisma, penyakit yang diderita anak kedua nya tersebut sudah berjalan hampir 7 tahun, karena mengalami tulang pinggul bergeser. Sampai sekarang, Darul belum pernah dibawah ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Karena tidak memiliki biaya.

Memang ada Pemerintah Daerah, Kabupaten Pesisir Selatan datang melihat kondisinya anaknya. Untuk diusahakan BPJS. Namun hal lain dipikirkanya.

“Bagaimana biaya saya menjaga Darul di rumah sakit, dan bagai mana dengan tujuh adik-adik Darul dirumah nanti,” katanya

” Kita saat ini menumpang disebuah rumah kosong di Kampung Lanpanjang, Kenagarian Rawang Gunuang Malelo, Kecamatan Sutera, Pessel, karena sedang jalani obat tradisional,” sebutnya lagi.

Tujuan dia menumpang dirumah kosong itu sebut Darul, agar untuk membawa dirinya berobat, orang tuanya tidak jauh-jauh kesini dari tempat tinggalnya di Kampung Langgai.

Sebab, jarak rumahnya dari tempat ia berurut saat ini harus menghabiskan waktu tempuh sekitar 1 jam. Apalagi, kendaraan ( sepeda motor) dirinya tidak punya, untuk bolak balik berobat.

Sambil terbaring lemah dengan alas kasur cukup sederhana, Darul mengungkapkan bahwa, akibat tulang pinggulnya bergeser hingga membuatnya tidak bisa berdiri, bahkan bangku sekolah di Pondok Pesantren di Bukittinggi, kelas IV atau kelas I tingkat SMA, sudah lama ia tinggalkan.

“Bagaimana mau berobat kerumah sakit, untuk makan saja kami susah. Ayah dan ibu hanya seorang buruh petani,” ucap Darul.

Selain menahan rasa sakit yang membuat dirinya tidak bisa tidur pada malam hari, disampaikan Darul, hal yang paling menyedihkan katanya, akibat sakit ini, dirinya terpaksa harus putus sekolah.

Darul dan orang tuanya, kini hanya pasrah dan berharap dermawan bisa membatu meringankan beban mereka. Mereka bisa dihubungi melalui salah satu keluarganya, Dodianto dengan nomor kontak 0852-6351-4657.(Rio)