Beranda Budaya Rangkaian Nuansa Imlek dari Dahulu Sampai Sekarang

Rangkaian Nuansa Imlek dari Dahulu Sampai Sekarang

314

TOPIKINI – Tahun Baru Imlek adalah budaya orang Tionghoa dimanapun mereka berada, dan tidak ada hubungannya dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut.

Ini adalah tradisi nenek moyang orang Tionghoa yang sudah berjalan lama sekali, dan telah diwariskan turun temurun, baik di negara asalnya maupun yang berada di perantauan.

Hal ini telah menjadi warisan budaya orang Tionghoa yang sudah lama menetap di negara manapun didunia ini, termasuk di Indonesia khususnya di kota Padang, walaupun dalam hal ini tidak punya hubungan keluarga sama sekali dengan negara asalnya lagi karena sudah turun temurun lahir dan besar di Kota Padang ini.

Kondisi inilah yang menyebabkan orang Tionghoa kota Padang tidak bisa lagi berbahasa daerah Hokkian, Hakka, dll ataupun berbahasa nasional seperti di negara Tiongkok yakni Bahasa Mandarin.

Bahkan dalam hal ini komunitas orang Tionghoa kota Padang punya bahasa sehari hari yang merupakan campuran dari berbagai ragam bahasa yang ada dikota Padang ini, yaitu yang dikenal dengan bahasa Kampung Pondok ( daerah Pecinan )

Budaya kehidupan orang Tionghoa kota Padang sekalipun tidak sama lagi dengan yang ada di negara asal nenek moyangnya, tetapi yang ada tetaplah dipertahankan.

Umpamanya : Tahun Baru Imlek, Sembahyang Tuhan Allah, Cap Go Meh, Ceng Beng, ataupun kegiatan Barongsai, Atraksi Naga, Naik Sepasan, dll.

Perayaan Tahun Baru Imlek terkait langsung dengan pergantian tahun dalam Kalender Tionghoa yang dihitung berdasar perhitungan lamanya bulan mengitari bumi, dan tahun ini adalah tahun yang ke 2574.

Biasanya perayaan Tahun Baru Imlek ini setiap tahunnya berkisar antara tanggal 21 Januari dan 20 Februari.

Tahun Baru Imlek identik dengan perayaan menyambut datangnya Musim Semi yang membawa kehidupan baru dalam ruang lingkup orang Tionghoa di negara leluhurnya.

Rangkaian Tahun Baru Imlek sebagai hari pertama bulan pertama dalam Kalender Tionghoa akan berpuncak pada Cap Go Meh ( saat Bulan Purnama ), sedangkan seminggu setelah Tahun Baru Imlek akan diadakan Sembahyang Tuhan  sebagai ungkapan rasa syukur atas Tahun Baru Imlek yang dirayakan.

TAHUN BARU IMLEK

Penutup tahun Kalender Tionghoa biasa dikenal dengan istilah Sha Cap Meh atau dikenal juga dengan sebutan Tahun Baru Kecil, maka akan dilakukan Sembahyang Meja bagi leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.

Biasanya anak anak yang diperantauan akan datang berkumpul untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama orang tua dan saudara saudaranya.

Bersama sama mereka akan lakukan ritual Sembahyang Meja yang dilakukan pada saat Tahun Baru Kecil atau sehari sebelum Tahun Baru Imlek.

Berkumpul, Sembahyang ( berdoa ) dan makan bersama adalah hal hal yang dilakukan pada Tahun Baru Kecil, sekaligus mempersiapkan segala sesuatu hal yang terkait dengan Tahun Baru Imlek ( orang tua atau yang sudah menikah berbagi Ang Pau dengan anak anak atau saudara yang belum menikah )

Artinya disini orang yang sudah bekerja tapi belum menikah juga akan mendapatkan Ang Pau dari orang tua atau saudaranya yang sudah menikah.

Pada Tahun Baru Imlek orang tidak lagi memasak untuk keperluan makan, karena tidak ada lagi orang bekerja didapur untuk memasak.

Makanan yang ada setelah melakukan Sembahyang Meja ( berdoa dengan persembahan makanan minuman yang ada diatas meja ) inilah yang akan dijadikan sebagai makanan pada saat Tahun Baru Imlek berlangsung.

Tentu saja kondisi seperti ini sudah banyak berubah, karena ada juga generasi sekarang yang tidak lagi melakukan kegiatan Sembahyang Meja.

Hal ini karena merasa tidak cocok atau tidak sejalan lagi dengan nilai nilai keimanan yang kini dijalani dalam kehidupan sebagai orang beriman apapun agama atau keyakinan yang dianutnya.

Pada saat Tahun Baru Imlek di kala pagi hari anak anak akan melakukan Soja ( salam hormat atau salam hangat dengan cara kedua tangan terkatub didepan dada atau sebatas leher ) pada orang tua terlebih dahulu sebelum lakukan Soja pada saudara saudaranya yang lain.

Ada yang melakukan Soja sambil berlutut tetapi ada juga yang melakukan Soja tanpa berlutut sebagai tanda hormat pada orang tua, diiringi dengan pemberian Ang Pau pada orang tua bagi anak anak yang sudah menikah, sebaliknya orang tua juga akan memberikan Ang Pau bagi anak anaknya yang belum menikah.

Selanjutnya barulah Soja dilakukan dari yang kecil pada yang besar, dan hal yang samapun berlaku dimana yang sudah menikah akan memberikan Ang Pau bagi saudaranya yang belum menikah.

Tetapi kondisi yang ada sekarang ini sudah banyak berbeda, karena pasti anak anak yang sudah bekerja walaupun belum menikah pasti akan memberikan Ang Pau pada orang tuanya

Setelah Soja diantara semua anggota keluarga sudah dilakukan, barulah menerima tamu yang datang ataupun untuk berkunjung ketempat keluarga yang statusnya lebih tua.untuk melakukan Soja dan mengucapkan salam Selamat Tahun Baru Imlek.

Inilah juga saat dimana anak anak akan pergi “ manambang” mencari Ang Pau dengan berkunjung pada famili atau keluarga besar ( tamu yang datang pada saat Tahun Baru Imlek pasti disuguhi makan dan minum dan berpuncak pada pemberian Ang Pau ).

Biasanya dalam hal ini bagi anak anak kecil segala suguhan makan dan minum tidak lagi jadi prioritas, tetapi hanya menunggu dapatkan Ang Pau saja, dan setelah itu akan pamit dan berkunjung ketempat yang lain.

Kondisi yang ada sekarang ini,tidak banyak lagi anak anak yang datang bertandang dari rumah ke rumah untuk mendapatkan Ang Pau, karena kebanyakan hanya akan berkumpul bersama di rumah orang tua bila masih ada atau di rumah anggota keluarga yang tua dan diadakan open house ( istilah sekarang untuk menerima tamu yang berkunjung di hari Tahun Baru Imlek atau Hari Raya lainnya yang serupa)

Atau ada juga anak anak yang datang bersama-sama dengan teman temannya yang bergabung dalam komunitas tertentu, dan mereka akan bersama sama pergi untuk merayakan Tahun baru Imlek ini ke rumah teman-temannya yang tergabung dalam komunitas tersebut.

Kegiatan Barongsai, Atraksi Naga, dll akan mewarnai kegembiraan Tahun Baru Imlek yang berpuncak nantinya pada malam Cap Go Meh yang digabung lagi dengan acara Naik Sepasan, Kio, dll

SEMBAHYANG TUHAN ALLAH ( PAI TIE KONG )

Seminggu setelah Tahun Baru Imlek pada saat tengah malam ( jam 12 malam ) diadakan Sembahyang Tuhan Allah sebagai ungkapan rasa syukur atas Tahun Baru Imlek yang sudah dijalani ( dihitung masuk hari yang ke 9 setelah Tahun Baru Imlek ).

Ada ciri khas tersendiri diantara ragam bangsa Tionghoa, karena tidak semua rumah yang adakan Sembahyang Tuhan Allah ini mengikat batang tebu panjang sampai daun daunnya di kedua sisi pintu tempat sembahyang ini diadakan.

Yang melakukan ritual ini adalah khusus orang Tionghoa yang leluhurnya berasal dari daerah Hokkian ( menurut ceritanya leluhur mereka selamat dari kejaran musuh saat bersembunyi di ladang tebu, sehingga tidak dapat ditemukan oleh musuh musuh mereka ).

Ciri khas Sembahyang Tuhan Allah ini adalah bentuk sajian yang ada diatas meja hampir seluruhnya berupa buah buahan kecuali manisan dan kue tertentu ( tidak ada makanan berupa nasi atau lauk pauk seperti yang dilakukan saat Sembahyang pada hari Tahun Baru Kecil sebagai penutup tahun Kalender Tionghoa.

CAP GO MEH

Hari kelima belas bulan pertama Kalender Tionghoa dirayakan dengan nama Cap Go Meh, puncak dari segala kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian Tahun Baru Imlek ini.

Terlebih lebih pada masanya dulu di negeri leluhur orang Tionghoa, anak anak perempuan dipingit oleh orang tuanya, dan tentu saja jodoh mereka sangat ditentukan oleh orang tua mereka.

Pada saat Cap Go Meh ini anak anak perempuan keluar dari rumah dan menikmati kegembiraan yang berlangsung sekaligus ajang mencari jodoh.

Tradisi Cap Go Meh ini juga dirayakan oleh orang Tionghoa di perantauan, sekaligus juga ajang mencari jodoh walaupun kondisinya sedikit berbeda karena anak anak perempuan tidak lagi dipingit oleh orang tuanya.

Malam Cap Go Meh biasanya orang Tionghoa dikota Padang pada tempo dulu lebih banyak menikmati keramaian di sekitar Pantai Padang ( Tepi Laut ).

Ada tradisi waktu itu yang saat ini tidak lagi dilakukan generasi sekarang yakni melempar atau membuang batu batu kecil kearah laut sebagai ungkapan membuang hal hal yang jahat dalam dirinya ( buang sial ), supaya bisa dapatkan hal yang baru dan baik terutama terkait untuk dapatkan jodoh yang baik.

Malam Cap Go Meh yang dimulai dari sore hari dengan kegiatan Barongsai , Atraksi Naga, Naik  Sepasan, Kio, dll akan berlangsung sampai malam adalah merupakan puncak dari rangkaian kegiatan selama Tahun Baru Imlek.

Inilah hal hal menarik dari kebudayaan Tionghoa yang mewarnai kehidupan orang Tionghoa sekaligus menghiasi semaraknya Tahun Baru Imlek di Kota Padang yang sudah berlangsung turun temurun.

Tentu saja dalam hal ini sungguh merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Padang, terutama sekali bagi orang Tionghoa sendiri yang sudah lama merantau keberbagai penjuru kota di Indonesia maupun ke Mancanegara.

Tradisi Cap Go Meh berupa kegiatan Barongsai, Atraksi Naga, Naik Sepasan, Kio, dll yang sudah termasuk dalam Kalender Wisata kota Padang ini semoga nantinya juga akan menambah minat turis Mancanegara untuk datang berkunjung dan menikmati rangkaian acara ini.

Tahun Baru Imlek memang budaya orang Tionghoa dimanapun mereka berada, tetapi tentu saja rangkaian acara yang ada selama Tahun Baru Imlek ini diharapkan bukan hanya  memberi kegembiraan bagi orang Tionghoa, tetapi seluruh warga kota Padang dan turis yang datang berkunjung.

Penulis : Ramli Djafar

(Materi Lomba Karya Tulis Kebudayaan Tionghoa di Kota Padang atau daerah lain di Sumatera Barat)