Beranda Pilkada Pilkada Pariaman, Serangan Fajar dulu Ditunggu, Kini Pelakunya Diburu

Pilkada Pariaman, Serangan Fajar dulu Ditunggu, Kini Pelakunya Diburu

117

TOPIKINI.COM – Pemilhan walikota dan wakil walikota Pariaman sudah usai. Dari tiga pasang calon 1. Mahyudin dan Ridwan 2. Dewi dan Pabrisal 3. Genius dan Mardison. Pemilihan kali dimenangkan pasangan Genius dan Mardison.

Filosofi batabuik yang dijadikan acuan setiap adanya pesta demokrasi, adalah sebuah sikap yang pantas dibanggakan masyarakat Pariaman. Dimana saat tabuik dibuang kelaut berarti habislah perseteruan dua kubu Pasa dan Subarang. Saling memaafkan dan bersatu kembali untuk nagari.

Sebuah simbol demokrasi daerah yang mungkin patut untuk ditiru. Karena orang Pariaman semua memiliki keterikatan persaudaraan maupun keterikatan rasa kedaerahan yang tinggi.

Perilaku ini dipertonton masarakat pada pilkada kali ini. Meski sempat divonis sebagai daerah nomor 3 rawan di Indonesia, yang sempat membuat warga marah dalam hati. Karena Pariaman bukan berada didaerah konflik. Hal tersebut telah dibuktikan masarakat Pariaman. Tidak ada pergesekan meski aroma politik sudah terasa memanas semenjak awal tahun 2018.

Begitu juga perilaku cerdas dalam berpolitik. Masyarakat Pariaman sudah mulai tahu mana yang terbaik. Suatu yang pantas dibanggakan. Politik uang tidak mempan lagi untuk menentukan pilihan.

Tanpa adanya komando, warga menjaga daerahnya masing masing dari piltitik uang. Kalau dulunya serangan fajar ditunggu, karena dianggap sebagai penentu pilihan. Sekarang situasi malah berbalik. Meronda dan memburu setiap orang yang dicurigai akan melakukan serangan fajar. Karena masarakat tidak mau memperjual belikan suaranya untuk mendapatkan pemimpin yang baik.

“Masyarakat Pariaman sudah mulai pintar berpolitik. Tidak mau lagi memperjual belilan suaranya. Mereka menjaga daerahnya masing masing menjelang hari pemilihan dari politik uang,” ungkap Nasrun Jon, seorang tokoh masyarakat dan wartawan senior di Pariaman.

Hal yang sama juga diungkapkan Genius Umar, walikota terpilih, saat sebelum pilkada serentak 2018 ini dihelat.

“Saya ingin membuktikan kalau uang bukan penentu untuk memenangkan pilkada. Dan memberikan pembelajaran politik kepada masarakat untik menentukan pilihan,” kata Genius tahun lalu.

Sebuah pembelajaran politik telah dilakukan masyarakat Pariaman. Tak salah rasanya kalau sikap ini patut diperhitungkan oleh kita bersama maupun pelaku-pelaku politik lainnya, yang akan bertarung untuk mengenali keunikan karakter daerah pilihannya.(Rafki)