Beranda Ekonomi Tak ada Pilihan, Perantau Tetap Pulang Kampung ke Sumbar

Tak ada Pilihan, Perantau Tetap Pulang Kampung ke Sumbar

6825

TOPIKINI – Wabah Covid-19 sudah menimbulkan dilema yang sulit terpecahkan bagi perantau Minang di pulau Jawa, terutama di Ibu Kota. Jika bertahan hidup di rantau, mereka tak bisa berbuat apa dan tak tau mau makan apa.

Kondisi ini menimpa sebagian besar perantau Minang yang menggantungkan hidup sehari-hari dari bekerja atau berdagang dengan mengharapkan pendapatan harian. Seperti pedagang kaki lima, atau pekerja toko serta rumah makan. Begitu juga supir angkot, tukang ojek dan masih banyak lagi yang lain.

Menurut salah seorang pemudik yang tak bersedia disebutkan namanya, saat ini (28/03/2020) banyak perantau yang tengah menuju Ranah Minang untuk pulang kampung, akibat wabah Covid19.

“Mereka tak ada pilihan, jika bertahan, tak ada penghasilan karena semua aktivitas berhenti. Yang berdagang gak bisa, yang kerja juga diliburkan, otomatis mereka tak ada penghasilan. Uang tersedia hanya untuk bisa buat pulang kampung, atau untuk bayar sewa rumah, trus buat makan gimana,” ucap nya saat berada di Sumatera selatan dalam perjalanan darat menuju Sumbar.

Karena tak ada pilihan yang lebih baik untuk bertahan di rantau, maka pulang kampung bagi mereka adalah yang terbaik. Sebab, meskipun tak ada uang, dikampung masih ada orang tua atau sanak saudara jadi tempat mengadu.

“Kami berserah diri saja sama Yang Kuasa, kalau memang sudah takdir ya mau bagaimana lagi. Sedangkan keluarga di kampung pun sudah ridho kami pulang, yang penting kami bisa menjaga diri dan menjaga orang kampung. Insya Allah kami bisa mengisolasi diri sementara sampai benar-benar dipastikan tidak ada virus yang kami bawa,” ungkapnya pasrah.

Sebelumnya, gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno telah mengeluarkan himbauan agar para perantau tidak dulu pulang ke kampung halaman ke Sumatera Barat, karena dikhawatirkan bisa membawa virus corona bagi keluarga di kampung. Namun belum ada solusi bagi pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat, menangani persoalan yang dihadapi para warga yang menderita akibat terhentinya aktivitas dan usaha. (art)