Beranda Pendidikan Peran Pustakawan dalam Memotivasi Anak Usia Dini Memanfaatkan Layanan Perpustakaan

Peran Pustakawan dalam Memotivasi Anak Usia Dini Memanfaatkan Layanan Perpustakaan

295

TOPIKINI – Perpustakaan merupakan sumber belajar layaknya sekolah. Bagi anak usia dini yang masih belum masuk ke jenjang program pendidikan seperti Tempat Penitipan Anak (TPA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK) dan awal Sekolah Dasar (SD) dapat sering berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang tersedia demi menanamkan kebiasaan baik semenjak dini untuk ilmu pengetahuannya di kehidupan sehari-hari, membentuk kepribadian agar menjadi lebih baik lagi, dan bekal untuk dewasa kelak.

Menurut Sulistiyo Basuki (1993:3) perpustakaan didefenisikan sebagai sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung  itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan di jual.

Lebih lanjut, Sulistiyo Basuki (1993:27-29) memaparkan,  perpustakaan sekurang-kurangnya memiliki  lima peranan penting bagi masyarakatnya.

Pertama, Perpustakaan dipahami  sebagai penyimpan produk masyarakat entah berupa materi tercetak, maupun non cetak.

Kedua, Perpustakaan memiliki fungsi edukatif sangat berpengaruh dalam mendukung dan menunjang preses pendidikan. Secara konkret peranan ini tampak ketika para pelajar, guru, mahasiswa, dan dosen memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi untuk penelian ilmiah. Hal inilah ang menjadi tugas utama perpustakaan (perpustakaan sekolah dan kampus).

Ketiga, Perpustakaan memiliki fungsi informatif dalam pengertian bahwa perpustakaan selalu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakatnya.

Keempat, Perpustakaan memiliki fungsi rekreasi dalam arti, ketika tujuannya terpenuhi, pembaca merasakan kepuasan entah kepuasan rohani, kepuasan intelektual maupun kepuasan psikologis.

Kelima, Perpustakaan memiliki fungsi kultural, dalam arti mendidik dan mengapresiasi budaya masyarakat. Fungsi dilakukan dengan cara menyelenggarakan pameran , ceramah, pertunjukan kesenian dan lain-lain.

Pada hakikatnya setiap perpustakaan mempunyai tujuan pemustaka dan kebutuhan pemustaka yang berbeda-beda. Oleh karena itu perpustakaan terdiri dari berbagai jenis. Adapun salah satu jenisnya yaitu perpustakaan umum.

Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang didanai dan diselenggarakan oleh pemerintah, bertujuan untuk melayani dan terbuka untuk pemustaka dari berbagai macam kalangan dan usia.

Pemustakanya terdiri dari berbagai macam kalangan dan usia karena tidak hanya orang dewasa dan remaja saja yang dapat memanfaatkannya, melainkan juga menyediakan layanan untuk anak-anak, layanan yang dimaksud tersebut adalah layanan anak.

Pada layanan anak, koleksi bahan pustakanya harus disesuaikan dengan kesukaan dan kebutuhan anak-anak, namun tidak hanya koleksi bahan pustaka saja yang dibutuhkan oleh anak-anak, melainkan jenis layanan, ruangan dan fasilitas serta yang terpenting pustakawan khusus di layanan anak juga perlu di perhatikan.

Pustakawan anak merupakan seorang pustakawan yang memiliki tanggungjawab di layanan anak suatu perpustakaan, terlatih dengan dunia anak-anak, berkomitmen, pandai berkomunikasi, serta mengerti dengan keinginan dan kebutuhan pemustaka anak-anak.

Namun demikian, kunjungan pemustaka anak usia dini masih minim dalam memanfaatkan perpustakaan, bahkan terkadang tidak ada sama sekali. Arena bermain dan mall lebih menjadi komoditas utama daripada wisata ke perpustakaan.

Hal ini juga di picu oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di perpustakaan belum menimbulkan rasa nyaman dan menyenangkan untuk anak usia dini. Untuk itu, pustakawan berperan penting dalam berjalannya suatu layanan di perpustakaan.

Layanan anak akan semakin berkualitas dan ramai kunjungan dengan koleksi bahan pustaka yang lengkap, ruangan yang nyaman dan pustakawannya memiliki kemampuan dalam menghadapi dan mengerti anak-anak.

Menurut Levine-Clark (2013:51) pustakawan anak (children’s librarian) adalah seorang pustakawan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyediakan layanan dan koleksi untuk anak-anak, sedangkan menurut Reitz (2004:136) pustakawan anak adalah seorang pustakawan yang bergerak dalam bidang jasa dan koleksi untuk anak-anak sampai usia 12-13.

Kebanyakan pustakawan anak memiliki pengetahuan luas tentang sastra anak-anak dan terlatih dalam seni mendongeng.

Berdasarkan International Federation of Library Association and Institution (IFLA) dalam Guidelines for Children’s Library, layanan anak yang dijalankan dengan profesional membutuhkan pustakawan anak yang terlatih dan berkomitmen pustakawan dengan anak-anak.Kemampuan yang diharapkan dari mereka adalah:

1) antusias; 2) kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan interpersonal, kerjasama tim serta kemampuan memecahkan masalah; 3) kemampuan untuk berjejaring dan bekerja sama; 4) kemampuan untuk berinisiatif, fleksibel, dan terbuka untuk perubahan; 5) kemampuan untuk menganalisis kebutuhan pemustaka, merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi layanan dan program yang dijalankan; 6) mempunyai keinginan yang kuat untuk mempelajari keahlian baru serta berkembang secara profesional, serta pustakawan anak juga membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang: 1) psikologi dan perkembangan anak; 2) teori perkembangan membaca danpromosi; 3) peluang seni dan budaya; 4) sastra untuk anakanak di buku-buku danmedia terkait.

Dengan demikian, peran pustakawan dalam melakukan pelayanan informasi kepada pemustaka memiliki nilai tersendiri dalam menghimbau pemustaka khususnya anak usia dini untuk memamfaatkan perpustakaan.

Pustakawan anak adalah seorang pustakawan yang memiliki tanggung jawab di layanan anak, terlatih dengan dunia anak-anak, berkomitmen, berkomunikasi, serta mengerti dengan keinginan dan kebutuhan anak maupun bacaan anak.

Perpustakaan adalah wadah informasi yang terbuka bagi berbagai kalangan usia. Fungsi perpustakaan tidak akan berjalan sepenuhnya apabila pustakawan tidak mengambil peran dalam menjalankan tugas dan fungsi perpustakaan tersebut.

Dengan adanya penyediaan fasilitas berupa koleksi yang beragam dan sarana yang memadai diharapkan pustakawan lebih leluasa dan maksimal dalam menjalankan perannya dalam memotivasi pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan.

Dengan demikian diharapkan pustakawan memiliki teknik motivasi tertentu, sehingga perpustakaan tidak hanya dimanfaatkan oleh pelajar atau mahasiswa dengan motivasi penyelesaian tugas kuliah atau tugas akhir semata.

Namun lebih dari itu, pustakawan dirasa perlu untuk memotivasi anak usia dini dalam rangka mewujudkan pemustaka gemar membaca sejak dini dan menjadikan perpustakaan sebagai objek wisata yang menyenangkan bagi anak usia dini.

Penulis : Ridha Prima Adri, Mahasiswa Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas.