Beranda Budaya Uniknya Tradisi Perang Pisang di Pesisir Selatan, Begini Kisahnya

Uniknya Tradisi Perang Pisang di Pesisir Selatan, Begini Kisahnya

997

TOPIKINI.COM – Telah lahir sepasang bayi kembar dari pasangan suami istri Riswan dan Fitria Sari, warga nagari Surantih kecamatan Sutera kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Bayi laki-laki diberi nama Arsya Al Faris dan bayi perempuan diberi nama Arsila Putri Al Faris.

Berita gembira ini sampai ditelinga induak Bako, atau keluarga dari pihak ayah si bayi. Karna sepasang, induak bako berniat untuk meminta satu orang bayi untuk mereka besarkan.

Berbagai persiapan dilakukan bako untuk menjemput si bayi kerumah anak pisang atau menantu. Pisang dijadikan sebagai buah tangan. Denagn berjalan kaki, rombongan induak bako juga membawa aneka hiburan dan simuntu, sejenis hewan kera untuk menghibur si bayi.

Sepanjang jalan, simuntu atau orang yang di hiasi daun-daun pisang yang sudah kering, menghibur masyarakat yang menyaksikan arak-arakan mereka sepanjang jalan.

Setiba dirumah anak pisang, atau rumah keluarga ibu dari si bayi, rombongan induak bako menyampaikan maksud hatinya untuk meminta satu orang bayi. Permintaan bako ini bertujuan agar si bayi yang kembar sepasang, tidak tinggal serumah sampai dia dewasa.

Jika itu terjadi, dikhawatirkan timbul rasa suka diantara mereka berdua, sehingga pihak bako bermaksud untuk memisahkan mereka.

Namun permintaan bako tidak dikabulkan oleh anak pisang, sehingga timbul kemarahan pihak bako. Akhirnya pisang yang mereka bawa sebagai buah tangan tadi, dilemparkan kepada keluarga anak pisang sebagai bentuk kekesalannya, maka terjadilah perang pisang.

“Jika tradisi ini tidak kami lakukan, kami khawatir mitos itu benar-benar terjadi, selain itu, pesta perang ini juga sebagai sarana untuk memberitahukan kepada masyarakat banyak tentang anak kami yang lahir kembar sepasanag,” kata Riswan, ayah si bayi kembar.

Perang pisang hanyalah sebuah tradisi yang sampai saat ini masih dilakukan dan dipercayai. Para orang tua khawatir, jika tradisi yang sudah berlangsung turun temurun itu tidak mereka laksanakan, mitos yang selama ini dipercayai, bakal benar-benar terjadi.

Selain itu, tradisi perang pisang ini juga kekayaan budaya yang mesti dilestarikan. Tradisi ini hanya ada di kabupaten Pesisir Selatan.(art)