TOPIKINI, JAKARTA – Kulliyatul Muballighien yang berada di Kauman Kota Padang Panjang, Sumatra Barat –yang telah berusia hampir satu abad, dibedah bukunya di Universitas Prof.Dr. HAMKA (UHAMKA) pada Sabtu (22/10/2022) di Jakarta.
Buku yang berjudul “Kulliyatul Muballighien. Dari Kauman Padang Panjang untuk Indonesia” itu ditulis oleh pengajar di STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh.
“Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah yang menjadi embrio dari Pondok Pesantren (Pontren Kauman Padang Panjang, yang telah berusia 94 tahun, atau tepatnya 5 April 1928. Itu kita ketahui dan ditulis secara benar setelah ditulis oleh saudara Fikrul,” papar Dr. Derliana, MA selaku Mudir Pontren.
Kulliyatul Muballighien (KM) ini, tambah Dr. Sudirman Tamin, Ketua Alumni Kauman Jabodetabek, mengalami perubahan nama dari awalnya adalah Tabligh School, kemudian menjadi KM, SGAA Muhammadiyah, Akademi Kulliyatul Muballighien, dan kini menjadi Madrasah Aliyah (MA) Kulliyatul Muballighien Padang Panjang.
Komplek perguruan yang awalnya merupakan eks dari Hotel Merapi, dipilih oleh Ketua Muhammadiyah Cabang Padang Panjang, Saalah Jusuf Sutan Mangkuto atas saran dari mufti Tarekat Naqsyabandiyah yang pernah bergabung dengan persyarikatan. Dan, denyut nadi dari persyarikatan dan amal usahanya dimulai pada 1 Juni 1927.
Dilansirnya buku ini pada Juni tahun 2022 ini, tidak lepas dari peran dari penerbit Suara Muhammadiyah Yogyakarta. Dan, buku yang dilaunching pada Senin (27/06/2022), menurut Rektor UHAMKA Prof.Dr. Gunawan Suryoputro, M.Hum, menjadi rujukan dari seorang dosen UHAMKA yang sedang menulis disertasinya mengenai Kauman Padang Panjang.
“Kata beliau, saya disuruh oleh promotor untuk mencari buku ini (baca: Kulliyatul Muballigien). Langsung saya berikan kepada beliau. Senangnya bukan main. Mudahan karya ini menjadi rujukan dan menjadi kajian luar biasa,” lanjut Rektor UHAMKA dalam sambutannya.
Beberapa torehan tinta emas Kulliyatul Muballighien, lanjut Gunawan, tidak saja mampu bertahan di tengah badai depresi ekonomi yang melanda Hindia Belanda pada tahun 1930an, juga turut menjadi saksi dari resolusi jihad yang dikumandangan A.R Sutan Mansur pada 19 Agustus 1945, dan terbentuknya barisan perjuangan Hizbullah.
Buku yang bedah oleh dua orang narasumber masing-masing Dr. Jastra Putra, M.Pd (Komisioner KPAI) dan Widyastuti, S.S, M.Hum dari Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) P.P Muhammadiyah, diharapkan oleh rektor UHAMKA itu bisa segera menjadikan komplek Kauman Padang Panjang sebagai episentrum dari pendidikan di Indonesia.
“Buku yang saya tulis ini, merupakan memori kolektif yang bersumber dari sekolah, yang berusia hampir satu abad. Mudahan karya ini menjadi sebuah cerminan dari aktivitas guru-guru di masa lalu, yang sederhana, zuhud, dan qanaah” papar penulis buku Fikrul Hanif Sufyan.
Sederet nama-nama pengajar di Kulliyatul Muballighien, seperti HAMKA, A.R Sutan Mansur, RI Dt Sinaro Panjang, Haroen El Maany, Djohan Nurdin, lanjut mantan reporter Rakyat Merdeka itu, telah membuktikan ketulusan pengabdian mereka di masa-masa sulit mulai masa Malaise, Dai Nippon, awal kemerdekaan, PDRI, dan masa PRRI dan pecahna Gestapu 1965.
Hadirnya buku Kulliyatul Muballighien ini, menurut Deni Asy’ari, M.A, ditulis oleh kader Muhammadiyah yang langka, dan mau bekerja dalam kesunyian.
“Karena kelangkaan kader ini, Suara Muhammadiyah berupaya untuk menjembatani untuk mempublikasi karya-karya sejarah ini. Nah, buku yang ditulis Fikrul ini secara spesifik menghadirkan formulasi baru dimana embrio dari pembaruan Islam di Minangkabau” ungkap Dirut Suara Muhammadiyah Yogyakarta mengakhiri sambutannya.
Acara bedah buku yang dihadiri oleh puluhan orang itu, selain dihadiri oleh Civitas Akademika UHAMKA, pimpinan Pontren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang, juga menghadirkan alumni-alumni dari Kulliyatul Muballighien se-JABODETABEK sejak akhir 1960an sampai dengan tahun 2022.(relis)