Track Hutan Bakau, Lokasi Wisata Baru di Pariaman

TOPIKINI.COM – Kota Pariaman memiliki satu obyek wisata lingkungan hidup yaitu track hutan bakau. Track hutan bakau adalah prasarana jalan yang dibangun oleh PT Pertamina di kawasan hutan bakau, agar pengunjung dapat merasakan suasana di dalam hutan bakau yang asri tanpa merusak dan mengganggu ekosistem di hutan bakau tersebut.

Track yang berupa jembatan kayu  ini dibangun oleh PT Pertamina Marketing Operasional Region (MOR) Satu melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) bandara Minangkabau, setahun yang lalu, melalui dana tanggungjawab sosial perusahaan (CSR).

Track ini dibangun di dalam areal hutan bakau yang berlokasi di desa Apar, kota Pariaman. Untuk tahun ini, PT Pertamina MOR Satu melalui DPPU bandara Minangkabau kembali menyalurkan dana sebesar Rp 938 juta, yang diserahkan hari minggu (16/09/2018).

Dengan adanya track ini, maka wisatawan yang berkunjung ke areal hutan bakau seluas 10 hektar tersebut dapat menyaksikan keindahan lingkungan hutan bakau, sekaligus  merasakan kenyamanan  berwisata di alam terbuka, tanpa mengganggu habitat ekoistem yang ada di hutan bakau tersebut.

“Ini sungguh luar biasa sekali. Tahun lalu PT Pertamina sudah membangun track hutan bakau melalui dana CSR-nya.  Dan tahun ini dilanjutkan lagi. Ini suatu kegiatan yang luar biasa dalam rangka pelestarian lingkungan sekaligus mendukung pariwisata di kota Pariaman,” ujar Muchlis Rahman, walikota Pariaman.

Kepala depot pengisian pesawat udara Abdul Muis mengatakan, salah satu tujuan dari rehabilitasi hutan bakau di Pariaman ini adalah untuk mengembangbiakkan kembali biota bakau yang nyaris hilang seperti kepiting bakau, sekaligus  mendukung  obyek wisata di kota Pariaman.

“Salah satu tujuan kami membangun track hutan bakau adalah melestarikan biota bakau itu sendiri yang nyaris hilang yaitu kepiting bakau. Dengan adanya track ini maka wisatawan juga dapat berkunjung dan menikmati keindahan hutan bakau ini,” kata Abdul Muis, kepala DPPU Minangkabau.

Dari dana CSR tahun ini sebesar Rp 938 juta tersebut, sebanyak Rp 285 juta dialokasikan untuk pengembangan track hutan bakau. Sisanya dibagi untuk pengembangan konservasi penyu, budidaya lebah madu, penanaman terumbu karang buatan, mobilisasi bidan desa dan peralatan media pembelajaran di Batang Anai. (dio)