Oleh : Ihya Rizqi
Tanggal 02 Agustus 1987 bertempat di kota Payakumbuh adalah moment seseorang Ari prima membuka mata dan meneriakkan tangisnya untuk pertama kali di bumi Allah SWT ini. Menjadi sebuah kebanggaan yang dia Tara bagi kedua orang tuanya atas hadirnya sosok anak laki-laki pertama mereka. Lengkap sudah rasanya bahtera rumah tangga sebab akan selalu dihiasi oleh canda tawa dan tangis seorang bayi laki-laki yang lucu.
Perjalanan waktu yang tidak mengenal kata menunggu yang semakin melaju kencang, begitu pula dengan tumbuh kembangan sesosok bayi mungil yang lucu itu.
Mulai beranjak anak-anak dan meniti pendidikan dasar layaknya anak-anak pada umumnya.
Tahap demi tahap pertumbuhan tidak terasa dilalui begitu saja. Hingga sampailah kepada tahap remaja, tahap dimana moment seragam putih abu-abu menjadi pakaian setiap harinya. MAN 2 Payakumbuh lah yang jadi tujuan langkah kakinya setiap pagi dengan seragam putih abu-abu itu.
Ada pepatah mengatakan, masa yang paling indah adalah masa putih abu-abu. Dan itu juga dirasakan oleh seorang Ari prima. Belajar dan bergaul menjadi rutinitas di masa itu. Ada yang berbeda dari kebanyakan siswa lainnya, sosok Ari prima disamping memiliki tuntutan belajar beliau sudah mulai berfikir akan kebutuhan individunya, ataupun uang saku.
Sejak itu, beliau mulai mengolah pola pikirnya bagaimana caranya harus memiliki jiwa kemandirian tanpa memberatkan kedua orangtuanya. Muncul sebuah ide, yaitu berternak sapi. Sambil mengikuti proses belajar mengajar disekolah beliau selalu menabung uang jajannya sehingga pada akhirnya mampu membeli seekor sapi yang kemudian menjadi beranak Pinak seiring berjalannya waktu. Dan itu sampai titik saat ini juga masih bertahan ternak sapi tersebut.
MAN 2 Payakumbuh, bagi seorang Ari prima bukan hanya sebatas tempat bersekolah tapi juga sebagai tempat aktualisasi diri melalui berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Mulai dari OSIS sampai kepada keikutsertaan nya dalam berbagai bidang perlombaan, salah satunya MTQ.
Tibalah masanya untuk meninggalkan MAN 2 Payakumbuh, diwaktu yang sama beliau juga meninggalkan kota Payakumbuh dan hijrah ke kota Padang dalam rangka melanjutkan jenjang pendidikan.
IAIN IB Padang (sekarang UIN IB Padang) menjadi pilihannya dalam menuntut ilmu ditinggalkan perguruan tinggi. Tepatnya di jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin.
Ceritanya berawal dari sejak pertama beliau menginjakkan kaki dalam kampus. Proses pengenalan kampus yang begitu mengesankan, membuatnya berfikir mendalam karena terpengaruh dan termotivasi melihat beberapa senior kampus yang memiliki kemampuan publik speaking yang luar biasa. Sehingga menggelora semangatnya untuk bisa sampai ke titik itu.
Diskusi dan dialog bersama senior di kampus membuat nya semakin mantap untuk belajar dan tampil sebagai mahasiswa sejati, yang memiliki keunggulan intelektual, kepekaan sosial, kekuatan spiritual menjadi cita-cita nya.
Memahami bahwa itu semua tidak akan tercapai tanpa ada wadah tempat belajarnya. Dalam kata lain organisasi yang akan menempanya menuju ke titik itu. IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) menjadi pilihannya untuk menimba pengetahuan dan mengasah religiusitasnya terhadap Tuhan yang maha esa.
Menjadi mahasiswa yang aktif di organisasi memanglah tidak semudah membalikkan telapak tangan karena akan dihadapkan oleh manajemen waktu yang mantap dalam mengatur ritme dan keseimbangan antara perkuliahan dan kegiatan sosial organisasi. Tapi seorang Ari prima tidak mengalah dengan keadaan tersebut, terbukti bahwa mampu menyelesaikan pendidikan S1 dalam rentang waktu 3,5 tahun dan dengan perolehan nilai cumlaude.
Disamping itu karir organisasinya juga semakin meningkat, beliau pernah didaulat sebagai sekretaris Himpunan mahasiswa jurusan psikologi Islam, seterusnya lanjut menjadi sekretaris Senat mahasiswa fakultas Ushuluddin. Pun juga di usia yang sangat muda, dalam internal IMM beliau di daulat sebagai sekretaris Umum Dewan Pimpinan Daerah IMM sumatera barat (2010-2012), menjadi pewarna gerakan baru IMM kala itu, menjadi penggagas ide gerakan yang massif. Berani dan tampil walaupun berada dalam bayangan senior yang memang mayoritas pimpinan IMM masa itu berstatus senior dari beliau.
Tidak menyurutkan semangatnya dalam pergerakan sosial religi.
Berselang beberapa tahun saja, setelah melepaskan amanah sebagai sekretaris DPD IMM Sumbar, dengan semangat perjuangan dan pembaharuan dalam rangka meningkatkan perbaikan daerah, dalam rangka menyambung lidah rakyat, maka beliau berpartisipasi dalam kontestasi pemilu legislatif tahun 2014. Seorang aktivis muda yang bermodalkan ideologi dan semangat perubahan dan pembaharuan berselancar di pentas politik kebangsaan dengan harapan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia, tapi Tuhan berkata lain bahwasanya keberuntungan belum berpihak padanya.
Sebagai seorang manusia biasa, wajar merasa sedih dan down. Tapi tidak berlarut-larut dengan pesimisme, bangkit dan berjuang kembali. Kekuasaan Allah SWT diperlihatkan kepadanya, menjelang kontestasi politik tahun 2019, beberapa tahun sebelumnya bermunculan kendaraan-kendaraan politik baru. Salah satu partai politik baru itu, mengusung semangat perubahan yang digagas oleh anak-anak muda. Berideologikan nasional sosial, tanpa menawarkan diri seorang Ari Prima yang masih berumur 29 tahun diminta untuk menahkodai partai tersebut ditingkat provinsi sumatera barat.
Berjuang dan berjuang kembali. pertama, berjuang meloloskan partai tersebut agar terverifikasi dan pantas untuk menjadi peserta pemilu 2019. Perjuangan yang membuahkan hasil maksimal, partainya dinyatakan lolos dan menambah warna nomor urut peserta pemilu, nomor 11 menjadi identity number of party dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Proses dan dinamika dilalui, sampailah kepada puncak pertaruhan kontestasi politik 2019. Sebagai seorang ketua umum partai tingkat provinsi, beliau memperlihatkan semangat juang dan nafas perubahan yang mengalir dalam dirinya sejak dulu, berani mengambil sikap maju dalam pileg untuk DPR RI dapil Sumbar 1.
Ada yang menarik dalam situasi ini, seorang putra daerah Payakumbuh mengambil keputusan maju DPR RI diluar dari dapil basisnya. Artinya bahwa beliau ingin menunjukkan bahwa berjuang itu tidak kenal tempat, selagi Anda masih bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sosial kenapa tidak. Teringat kata-kata beliau di waktu masih menjadi aktivis mahasiswa, ” kader IMM itu harus mampu menjadi pohon kelapa, yang mana dari akar hingga pucuk bermanfaat bagi manusia, juga kader IMM itu harus siap seperti pohon ubi kayu, dimana pun ditancapkan selalu tumbuh”. Ujarnya.
Ikhtiar dan doa selalu membungkus setiap nafas gerakannya. Kemudian datanglah hari yang di tunggu-tunggu, tanggal 17 April 2019 hari pemilihan umum. Sangat mendebarkan dan sangat membuat penasaran. Akhirnya setelah proses penghitungan suara tahap demi tahap selesai, ternyata lagi-lagi keberuntungan belum berpihak padanya.
Lantas tidak membuatnya layu dan putus asa, karena baginya berjuang dalam pentas politik bukan hanya sebatas persoalan menang atau kalah, tapi lebih dari itu, ini adalah bukti pengabdian kebangsaan, bukti kekuatan semangat perubahan yang digelorakan oleh kalangan muda. Berbuat dan berjuang kalah menang urusan belakangan.
Ada banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah perjalan seorang anak petani dari Payakumbuh di atas.
Pertama, untuk menjadi bisa tidak harus punya. Artinya dengan background keluarga yang cukup sederhana, beliau mampu membuktikan bahwa sesuatu yang terlihat elit tidak selalu harus dimiliki kalangan elit. Terbukti tanpa pengaruh darah keturunan dan finansial beliau mampu menahkodai partai politik tingkat provinsi pada usia yang sangat muda dan bisa dikatakan bahwa beliau adalah ketua partai termuda se Sumatra barat.
Kedua, kekalahan bukanlah kegagalan. Atau sebaliknya. Kedua kata itu adalah bumbu dalam kehidupan sehingga membuat hidup semakin terasa. Gagal dan kalah tidak bisa ditawar, gagal dan kalah tidak bisa di musnahkan dari perbendaharaan kata kehidupan, tapi kegagalan itu harus menjadi pembangkit ruh juang untuk pembaharuan dan perubahan yang lebih baik. Jadikan itu sebagai motivasi dalam gerakan, tuhan tidak akan membiarkan hamba-nya yang berusaha dan berdoa, yakinlah.
perjalan ini masih belum sampai pada tujuan akhir, masih banyak jalan menuju Roma, berharap cerita ini berlanjut sehingga mampu menjadi catatan tinta emas dalam pentas peradaban kelak. Selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.