TOPIKINI, PADANG – Perubuhan gedung cagar budaya Rumah Singgah Bung Karno di jalan A. Yani kota Padang, berbuntut panjang. Senin siang (20/02/2023), puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gabungan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) Sumatera Barat, menggelar aksi unjuk rasa.
Awalnya, mahasiswa menggelar demo di depan gedung yang sudah rata dengan tanah itu. Lokasinya, tepat di depan rumah dinas walikota Padang, Hendri Septa.
Dalam aksinya, mahasiswa menutup mata dengan kain hitam, sebagai bentuk kekecewaan kepada walikota Padang, yang diduga matanya sudah tertutup terhadap sejarah bangsa ini.
“Kalau bukan karena rumah singgah ini kawan-kawan, Bung Karno Sudah dibuang ke Australia,” kata mahasiswa dalam orasinya.
Mahasiswa mendesak walikota untuk mengusut tuntas persoalan ini dan bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkannya.
Usai berorasi di depan bekas rumah singgah Bung Karno, mahasiswa kemudian bergerak ke rumah dinas walikota Padang. Mahasiswa membawa sejumlah bongkahan puing-puing bangunan yang telah diruntuhkan.
Puing-puing bangunan tersebut diletakkan di depan pintu masuk rumah dinas walikota.
“Kami hantarkan puing-puing bangunan bersejarah ini, agar kita menyadari betapa pentingnya sejarah bangsa yang ada di Minangkabau ini, khususnya Indonesia Raya, semoga kita membuka mata hati kita untuk menjaga cagar budaya yang ada di kota Padang ini,” ucap mahasiswa, sebelum meletakkan puing di depan pintu rumah walikota.
Setelah meletakkan puing-puing itu, mahasiswa kemudian membubarkan diri dengan tertib.
Bung Karno berada di rumah milik Ema Idham ini tahun 1942, saat akan dibuang ke Australia oleh Belanda. Karena kapal yang akan ditumpangi Bung Karno rusak, maka waktu itu Belanda memerintahkan Bung Karno ke Padang menggunakan pedati.
Selama tiga bulan di rumah singgah tersebut, Bung Karno menghimpun kekuatan untuk melawan penjajahan.(art)