Opini: Wiro Sableng dan Arus Besar Film Indonesia

Oleh: Adiansyah Dompu

Fisika Kuantum adalah istilah untuk satu bidang Ilmu Fisika yang khusus mempelajari benda-benda sampai ke level Kuantum, dari level subatomik bahkan lebih kecil lagi, yaitu level Quark. Dalam dunia kuantum, yang berlaku adalah hukum yg sama sekali berbeda dengan hukum di dunia fisik yang kita kenal.

Fisika Kuantum melahirkan konsep relatifitas Waktu maupun Ruang, dimana Relatifitas Waktu melahirkan konsep ‘Perjalanan Waktu’ (Time Traveling), yaitu tentang kemungkinan kita berkelana ke masa depan maupun kembali ke masa lalu. Selain itu, Relatifitas Ruang memunculkan Teori ‘Semesta Paralel’ (Paralel Universe) dan menjelaskan bahwa selain semesta yang kita kenal sekarang, ada juga semesta lain yang sangat identik tapi berbeda dalam realitas. Dunia Paralel ini kita kenal juga dengan istilah populer ‘Multiverse’, bentuk jamak dari Universe.

FISIKA KUANTUM DALAM DUNIA PERFILMAN HOLLYWOOD

Segala hal yang menyangkut ‘Time Travel’ dan ‘Multiverse’ selalu menarik untuk disimak dan didiskusikan, termasuk implementasinya di dalam dunia perfilman maupun komik dan novel kategori Sci-Fi. Khusus untuk dunia perfilman, sudah banyak film-film yang mengisahkan tentang Perjalanan Waktu maupun konsep Multiverse, sebutlah film ‘Back To The Future’ yang sukses besar dan karena begitu populernya sampai dibuatkan triloginya. Film 12 Monkeys, About Time, The Time Traveler’s Wife, The One dll adalah sebagian dari film yang menjadikan konsep Time Travel dan Multiverse sebagai dasar ceritanya.

Konsep Time Travel ini dalam kancah perfilman dunia telah mencapai kepopuleran setelah digunakan sebagai dasar cerita kisah para Superhero, mengingat cerita tentang Superhero termasuk salah satu tema yang sangat disukai.

Dalam dunia DC, kisah perjalanan waktu dilakukan oleh ‘The Flash’ yang kemudian melahirkan kondisi yang disebut ‘Flashpoint Paradox’ berupa keganjilan realitas di masa kini setelah The Flash pergi ke masa lalu untuk menyelamatkan Ibunya dari pembunuhan yang dilakukan oleh ‘The Reverse Flash’ dari masa depan.

Perjalanan waktu dalam dunia DC juga terjadi saat para Superhero yang bergabung dalam tim ‘Legends of Tomorrow’ bisa seenaknya pergi kemasa manapun yang mereka sukai dengan menggunakan pesawat pelintas waktu yang datang dari masa depan. Kisah-kisah ini bisa dinikmati dalam serial-serial DC mulai dari The Arrow, The Flash, Supergirl dan Legends Of Tomorrow.

Dan popularitas kisah perjalanan waktu dalam perfilman dunia akhirnya mencapai puncak saat Marvel Studio juga menjadikannya sebagai landasan cerita di beberapa film mereka.

Dimulai dari kisah jagad X-Men dalam film ‘X-Men: Days of Future Past’, yang menceritakan tentang seorang Superhero berjuluk ‘The Wolverine’ yang mana disuatu waktu dimasa depan dimasa dia hidup, para Mutan dan Umat manusia hampir punah karena oleh ulah mesin cerdas bernama ‘Sentinel’ yang memandang Mutan dan Umat manusia adalah ancaman besar bagi masa depan bumi sehingga harus dihancurkan. Dan Logan, identitas asli dari The Wolverine kemudian dikirim untuk melakukan perjalanan waktu ke masa lalu dalam misi mencegah awal mula proyek Sentinel dikembangkan di tahun 1970an.

Dan tentunya tidak ketinggalan kita bahas film tersukses Marvel dalam jagad Marvel Cinematic Universe (MCU), ‘Avengers: Endgame’, saat para anggota ‘Avengers’ dan anggota ‘Guardians of The Galaxy’ yang masih tersisa kembali ke masa lalu untuk mengumpulkan ‘Infinity Stone’ dari masa lalu dengan tujuan untuk dibawa ke masa kini dan digunakan untuk mengembalikan setengah dari populasi alam semesta yang telah dihancurkan oleh Supervillain Thanos dalam film sebelumnya, ‘Avengers: Infinity War’.

FISIKA KUANTUM DALAM PERFILMAN INDONESIA

Para ‘Legenda Imajinasi’ Indonesia di masa lalu rupanya tidak kalah visioner dengan luar negeri. Daya jangkau imajinasi mereka sungguh luar biasa melampau waktunya. Salah satu yang akan saya bahas adalah Novelis dan Visioner, Almarhum Bastian Tito, yang mana selain sebagai Novelis beliau juga adalah seorang Profesional sukses.

Bastian Tito, telah melahirkan banyak karya legendaris, salah satunya Kisah tentang superhero Klasik Indonesia yang ternyata telah mengaplikasikan konsep Relatifitas Waktu dan Ruang tersebut dalam Novel populer berseri, bahkan sampai ratusan serial, yaitu kisah “Pendekar Kapak Maut Nagageni 212: Wiro Sableng.”

Dalam sebuah rangkaian episode (18 Seri Novel, dari Seri 102-119), dikisahkan perjalanan waktu yang dilakukan oleh Pendekar 212 saat berkunjung ke ‘La Tanah Silam’ bersama dua orang sahabatnya. Luar biasanya, kisah ini tidak hanya menyangkut ‘Time Travel’ tapi juga sangat terkait dengan konsep ‘Multiverse’, karena realitas di masa lalu dalam rangkaian kisah tersebut sangatlah berbeda dgn realitas yang dikenal di dunia asalnya Wiro dkk, misalnya bentuk mahluk hidupnya yang aneh dan tidak biasa, juga sejarah masa itu yang tidak pernah dikenal dalam realitas semesta asal Pendekar 212. Bisa diduga bahwa dalam perjalanan ke masa lalu tersebut, selain terjadi pergeseran dimensi waktu ke masa lalu ternyata juga terjadi pergeseran dari dimensi ruang Wiro dkk berasal ke dimensi ruang yang lain, atau katakanlah ke semesta lain. Artinya begini, saat mereka tiba di masa lalu mereka tidak tiba di garis waktu masa lalu di semesta awal mereka berasal tapi berada di garis waktu masa lalu di semesta lain.

KISAH ‘CROSSOVER’ DALAM PERFILMAN HOLLYWOOD

Salah satu hal menarik dalam dunia Superhero adalah adanya cerita ‘Crossover’ antara beberapa Superhero atau beberapa kelompok Superhero dalam satu kisah. Sebutlah cerita tentang dunia Marvel dimana Captain Amerika, Iron Man, Thor dll disatukan dalam kisah Avengers. Dan Kelompok Avengers juga punya cerita dimana mereka bergabung dengan kelompok Superhero dari dunia ‘Guardians if The Galaxy’ dan bersama-sama dengan ‘X-Men’ maupun ‘Fantastic Four’ melawan penjahat super. Atau oleh DC juga tidak mau kalah dalam hal kisah ‘Crossover’ ini dengan dibentuknya ‘Justice League’ dll. Selain di Film, ‘Crossover’ dunia DC justru terjadi dan paling populer di serial TV yang telah disebut di atas.

KISAH ‘CROSSOVER’ DALAM PERFILMAN INDONESIA

Kisah ‘Crossover’ seperti di atas juga terjadi dalam novel kisah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Kisah Pendekar Pembela Kabajikan bernama Mahesa Edan dengan gelar horor ‘Pendekar Dari Liang Kubur’ dan juga kisah Panji Ireng atau yang lebih dikenal dengan nama Mahesa Kelud atau ‘Pendekar Pedang Sakti Keris Ular Emas’ yang kisahnya masing-masing dituangkan dalam serial Novel yang berbeda-beda, tetapi beberapa kali mereka ‘dipertemukan’ dalam satu kisah dimana para Pendekar tersebut bertemu dan melakukan aksi membela kebenaran bersama Pendekar 212. Keren kan? Bahkan sebelum para imajiner masa sekarang memikirkannya, Almarhum Bastian Tito sudah melakukannya puluhan tahun yang lalu.

Selain kisah Wiro Sableng, Mahesa Kelud dan Mahesa Edan, Almarhum Bastian Tito juga telah membuat cerita lain:

Pernah dibuat kisah tentang Pendekar bernama Kindo yang berjuluk ‘Pendekar Sabuk Rotan’. Walaupun Cuma sempat dibuat 2 seri Novel saja, tapi nama ini tetap bisa dimasukkan dalam semesta 212.

Ada juga kisah tentang sang ‘Satria Lonceng Dewa’ bernama Mimba Purana, dimana kisahnya diceritakan dalam 6 seri Novel.

Tidak lupa juga kisah Ario Bledeg Sang ‘Pendekar Keris Tujuh Petir’ dengan 4 serinya.
Juga Kisah 3 pendekar kocak dalam seri ‘3 in 1’ Kungfu Sableng, yang terdiri dari Jenderal Slebor, Pendekar Pispot Naga, Pendekar Spiritus dan Wadam Sinting Pengacau Dunia juga bisa memperluas semesta 212 dengan warna yang berbeda.

Terakhir tentang kisah Pendekar Boma Gendenk, sang pendekar di zaman Millenial. Tentunya dengan keberadaan Boma Gendenk di era modern, maka semesta 212 bisa juga digeser ke era kekinian tentunya dengan kisah modern dan gaul. Toh Perjalanan Waktu bukanlah sebuah hal yang asing dalam kisah Pendekar 212.

SEMESTA 212 SANGATLAH LUAS

Sampai disini bisa dimengerti kenapa saya katakan bahwa Semesta 212 sangatlah Luas. Deretan para Pendekar pembela kebenaran dan ratusan Penjahatnya bisa dijadikan ikon yang tidak main-main dalam mengembangkan semesta Wiro Sableng. Kisah-kisah Spinoff masing-masing karakter ‘Superhero’ maupun para ‘Villain” dalam Semesta 212 juga diyakini bisa meraup popularitas besar. Film ‘Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Nagageni 212’ yang dirilis 30 Agustus 2018 tahun lalu dan meraup sukses besar bisa menjadi Film Pembuka yang bagus sebagai pintu masuk untuk Pengembangan Jagad 212. Rumah Produksi ‘LIFELIKE Pictures’ dengan Produser bertangan dingin Sheilla Timothy tentu punya banyak sekali pekerjaan besar ke depan dalam mewujudkan SEMESTA 212 yang sangat luas itu.

Kesuksesan ini juga tentu akan didukung oleh kehadiran Vino G Bastian yang merupakan anak kandung dari Almarhum Bastian Tito yang tentunya sangat menjiwai peran sebagai Wiro Sableng karena memang sedari kecil sudah tumbuh dalam ‘aura’ Pendekar 212. Gambaran Sang Pendekar 212 dalam Novel betul-betul sesuai saat diperankan oleh VGB. Beberapa hal tesebut menjadi kekuatan utama dari Semesta 212, selain juga karena hadirnya para wanita cantik nan sakti disekitar Pendekar 212 yang rela mengorbankan nyawanya demi sang Pendekar. Dalam benak para penggemar Pendekar 212, bicara Wiro Sableng berarti bicara tentang para pendekar Wanita yang super sakti, cantik dan tentu saja mencintai sang Pendekar.

Bermodalkan keyakinan dari kesuksesan Film ‘Wiro Sableng’ di atas maka hal itu tentunya menjadi penyemangat dalam membuat ‘Arus Besar’ perfilman Indonesia khususnya bergenre Superhero lokal berkualitas yang memang sangat diminati dan dinantikan oleh khalayak. Saya ulangi… Semesta 212 bisa menjadi arus besar bagi perfilman Indonesia.

BASTIAN TITO, LEGENDA BESAR SASTRA DAN PERFILMAN INDONESIA

Pencipta semesta Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Nagageni 212, Almarhum Bastian Tito, adalah Imaginator dan Visioner hebat yang bisa kita sejajarkan dengan Stan Lee di dunia Marvel atau Jerry Siegel dan Joe Shuster di dunia DC, dimana mereka telah sukses menciptakan tokoh-tokoh yang sangat ikonik dalam masing-masing universe. Imajinasi Bastian Tito luar biasa, melampaui zamannya dan tidak meninggalkan logika sains dalam karya-karya beliau. Inilah menurut saya yang akan membuat kisah Pendekar 212 dan ‘Semesta 212’nya tidak akan ketinggalan zaman, karena cerita dan alur logikanya kuat dan bisa diuji oleh sains.

Para Penggemar Almarhum Bastian Tito tentu saja sangat menantikan gebrakan besar ke depan dalam rangka pengembangan cerita dan kisah Pendekar 212 Wiro Sableng. Teriring doa untuk Almarhum semoga ditempatkan di posisi yang layak di sisiNya. Terimakasih kami atas semua imajinasi hebat yang tertanam dalam sanubari para penggemar Sang Pendekar.

Lereng Merapi,
6 Juni 2019
-AD-
( @adiansyahdompu )