Oleh: Muliansyah Abdurrahman Ways
Memulai tulisan ini, penulis mengucapkan HUT Golkar ke 56 2020 dan HUT dua buku tentang Golkar semenjak di tulis oleh penulis pada tahun terbit 2012, satu di terbit oleh Buku Litera Yogyakarta tentang KUASA GOLKAR yang di beri pengantar langsung Indra Jaya Piliang dan yang satu lagi di terbitkan Penerbit Lepkhair Ternate tentang IDEOLOGI POLITIK GOLKAR.
Sebagai peneliti Golkar, penulis kembali bertanya masih kah Golkar milik rakyat Indonesia.?, 20 oktober 1964 adalah hari bersejarah bagi partai golkar dan NKRI, karena saat itulah satu – satunya kelompok yang memberi jargon nasionalisme untuk menandingi Partai Komunis Indonesia (PKI) hanyalah Sekber Golkar yang berubah menjadi Golongan Karya dan kini menjadi nama Partai GOLKAR.
Sejarah politik Indonesia tak bisa di bohongi bahwa Golkar telah mampu menjadi kekuatan politik rakyat Indonesia untuk menaklukkan Partai Komunis Indonesia yang pernah menjadi kekuatan arus utama politik Indonesia, namun PKI berhaluan kiri dan merampas hak – hak warga negara yang bernafas kekuatan Islam dan Nasionalis.
Sejarah inilah Golkar lahir untuk menjadi Partai milik rakyat Indonesia, terbukti 7 kali pemilu di Indonesia Golkar masih menjadi partai pemenang, dan pemilu 2009, pemilu 2014 serta pemilu 2019 golkar masih menjadi partai 3 besar di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa Golkar adalah partai milik rakyat Indonesia.
Golkar tak pernah membalut menjadi partai oposisi, tetapi Golkar selalu menjadi partai tengah yang komitmen terhadap ideology pancasila dan bernafas nasionalis sejati, sehingga Golkar harus menjadi lokomotif untuk pembangunan bangsa dan negara. Golkar menjadi partai milik rakyat Indonesia dari periode kepemimpinan di internal partai golkar hingga kepemimpinan nasional, golkar tetap mengutamakan kepentingan nasional diatas kepentingan partai dan golongan.
Hingga hari ini, dalam sejarah keperpolitikan partai Golkar, tak satupun kader dan pengurus memiliki “saham” tunggal alias partai milik pribadi, tetapi partai ini di buat sebagai partai professional dan benar – benar menjadi partai yang memperjuangkan kepentingan nasional dalam karya kekaryaan partai golkar.
*Golkar Milik Rakyat Indonesia di Era AT, JK dan ARB*
Termaktub pada era kepemimpinan Akbar Tandjung (AT) sebagai Ketua Umum dan pernah kembali memenangkan pemilu 2004 sebagai partai pemenang pemilu, ini membuktikan bahwa partai yang dibangun atas dasar nasionalisme dan profesionalisme memperjuangkan nasib rakyat Indonesia yang hasilnya masih di cintai dan di banggakanya pada setiap pemilu.
Kepemimpinan Akbar Tandjung mulai membenahi Golkar sebagai Partai Politik yang lebih professional dan sebagai partai institusi milik Publik atau rakyat Indonesia, ini menggambarkan bahwa Golkar menjadi partai milik masyarakat Indonesia bukan milik elite atau antek.
Kemudian Golkar kembali menjadi partai pemerintah di era kepemimpinan Jusuf Kalla (JK) merangkap sebagai Wakil Presiden RI era SBY, disana Golkar tetap komitmen melangsungkan pembangunan cabinet SBY – JK hingga sukses mengantarkan SBY di periode kedua. dan Golkarpun tetap menjadi partai yang tidak sekedar partai pemerintah, tetapi Golkarpun menjadi partai penyeimbang di parleman, ini menunjukkan bahwa JK Membawa Golkar tidak sekedar menjadi barisan diam bersama dengan pemerintah, tetapi Golkar harus menjadi barisan yang kritis untuk pembangunan nasional.
Era Aburizal Bakrie (ARB) adalah era Partai Golkar yang memiliki taglien “Suara Golkar Suara Rakyat”, era ini Aburizal Bakrie yang lebih dekat di panggil Bang Ical juga menjadi sosok yang yang mampu memproteksi Golkar menjadi partai besar dan milik masyarakat Indonesia.
Istilah Bang Ical, “Biarlah langit membiru, tetapi lautan Indonesia Padi tetap menguning”, ini narasi yang puitis dan mampu meyakinkan pengurus dan kader agar Golkar menjadi padi selalu tumbuh dan memiliki kapasitas untuk membangun Indonesia masa depan.
Ical menyiapkan dirinya sebagai Capres (Calon Presiden) dari Partai Golkar, namun pencapresanya gagal dan legowo mendukung Prabowo Subianto sebagai Presiden RI di tahun 2014. Saat Prabowo Subianto kalah sebagai Presiden RI, Golkar pun tak berhenti mengusung karya dan pembangunan di era Presiden selanjutnya Joko Widodo – M. Jusuf Kalla yang juga kader terbaik Golkar sebagai Wakil Presiden.
Pimpinan DPR RI pun kembali diambil alih oleh Partai Golkar, mulai dari Ketua Setya Novanto, Ketua Akom, dan terakhir Bambang Soesatyo sebagai Ketua DPR RI. Golkar memang sangat lihai dalam setiap pertarungan politik, selalu menjadi partai kekuatan politik yang tak pernah luntur dan menyerah, Ia tetap menjadi mitra yang baik demi bangsa dan negara.
*Golkar Indonesia – Indonesia Golkar*
Ini jargon baru Golkar di era milenial, “Golkar Indonesia – Indonesia Golkar” dalam kepemimpinan Airlangga Hartarto, apakah kepemimpinan AH masih menjadi partai ini bagian dari rakyat Indonesia atau partai ini hanya bagian dari elite partai saja di republik ini.
Jargon Golkar Indonesia – Indonesia
Golkar tak bisa dihindari partai ini sebagai partai rakyat, namun akhir – akhir ini, Golkar menjadi sorotan rakyat Indonesia tapi tak di indahkan, apakah ini kepentigan elite partai yang tak mengakomodir aspirasi rakyatnya atau partai Golkar mengalami distorsi kepemimpinan yang tidak pro terhadap rakyat Indonesia.
Ukuran kepemimpinan AH di pemilu dan Pilpres 2019 kemarin, kemudian menjadi ukuran AH di Pilkada 2020 serta pemilu 2024 nanti. Bila di ukur dari pemilu dan Pilpres 2019 kemarin, tentu AH gagal mengantarkan Golkar sebagai pemenang dan Golkar sebagai pengusung kader sendiri sebagai Capres, walaupun era Kepemimpinan AH memang sangat pendek, tetapi ukuran AH di Pilkada 2020 dan pemilu 2024, apakah Golkar mengusung capres sendiri dan bisa menang pemilu 2024 atau tidak.
Kelihatanya pertama, UU OMNIBUSLAW juga lahir dari ide dan gagasan besar dari Golkar, kelihatanya juga yang mengetuk palu di Parlemen juga dari Golkar dan kelihatanya para petinggi Golkar juga melegitimasi sebagai UU OMNIBUSLAW.
Kedua, banyak kader – kader terbaik Golkar tak di rekomendasikan oleh partainya sendiri untuk mengikuti pilkada 2020, apakah karena mereka dari hasil surveinya rendah atau karena mereka tidak mampu membiyai pilkada nanti.?. ini problem buat internal Partai Golkar.
Ketiga, Hingga kini belum terlihat kader – kader terbaik Golkar untuk muncul Pilpres 2024, hampir tak memiliki stok capres di 2024.
Di HUT KE 56 2020 ini, penulis kembali mempertanyakan, masih kah Golkar Milik Rakyat Indonesia..? sehingga kejayaan Golkar di masa lalu akan Jaya di masa akan datang, Golkar Indonesia JAYA dan Indonesia Golkar JAYA untuk Rakyat.
PENULIS: Muliansyah Abdurrahman Ways, Pelaku Usaha, Peneliti Pasifik Resources & Mahasiswa Doktor Ilmu Politik UNAS.
Jakarta, 20 Oktober 2020*