Dalam Debat Pilkada Solo YEL-YEL Dari Timses DILARANG

Solo – Dalam setiap kompetisi kehadiran TIM HORE sebenarnya bisa meramaikan suasananya, namun dalam debat Pilkada Solo memang tidak diperbolehkan keramaian, apalagi di musim pandemi Covid-19 ini bisa sangat riskan, apalagi kalau ada yang kena OTG, virusnya bisa menyebar seirama dengan yel-yel yang diteriakkan.

Untunglah Komisi Pemilihan Umum (KPU) membatasi jumlah orang yang menemani pasangan calon dalam debat kandidat Pilkada Solo 2020. Pembatasan orang yang datang dalam debat calon wali kota dan wakil wali kota ini untuk mengantisipasi terhadap penularan dan penyebaran virus corona.

“Yang jelas tidak ada yel-yel. Pesertanya sangat dibatasi,” kata Nurul Sutarti Ketua KPU Solo kepada mediaKamis (5/11/2020).

Menurut informasi, jumlah peserta yang diundang dalam debat pertama ada sebanyak 50 orang. Rinciannya adalah dua pasangan calon, yakni Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan Bagyo Wahyono-FX Suparjo (Bajo).

Kemudian tim kampanye masing-masing empat orang, Bawaslu dua orang, dan KPU lima orang. Selain itu, KPUD Jateng dan KPU Jateng dijadwalkan hadir dalam debat pertama.

Menurut rencana, debat pertama dimulai 19.00 WIB hingga 21.00 WIB disiarkan langsung Metro TV secara nasional dan live streaming media sosial resmi KPU Solo.

Satu jam sebelum debat pertama dimulai kedua pasangan calon dan tim kampanye diwajibkan sudah hadir ke dalam ruangan debat, karena kaitannya dengan breafing oleh moderator, kemudian pengundian soal.

Debat pertama mengambil tema “Mengembangkan Kota Solo sebagai Kota Budaya dalam Pembangunan Berkelanjutan yang Adil dan Merata di Era Digital”.

Dalam penyusun materi debat, KPU melibatkan lima orang tim penyusun. Mereka berasal dari kalangan akademisi, birokrasi, aktivis dan budayawan.

Materi debat tersebut antara lain persoalan daerah, pelayanan publik, penajaman visi misi, kebijakan dan strategi penanganan, pencegahan, dan pengendalian Covid-19.

Mari rame-rame besok kita NOBAR, apakah debat tersebut akan berlangsung seru atau datar-datar saja? Debat antara dua generasi berbeda ini memang diharapkan menarik perhatian banyak pemirsa dan pengamat politik di Indonesia. (red)

Editor: RB. Syafrudin Budiman SIP