TOPIKINI.COM – Masyarakat Tikalak, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dulunya adalah nelayan. Semenjak hasil tangkapan ikan di Danau Singkarak menurun drastis beberapa tahun terakhir, mereka kemudian beralih profesi menjadi petani kebun. Walau sempat terseok-seok, akhirnya masyarakat sukses, dan menjadi penyupalai pepaya terbesar di kabupaten solok.
Ini adalah lahan kebun pepaya milik kelompok ekonomi masyarakat (KEM) Tikalak, Kecamatan X Koto, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kebun pepaya ini sudah berkali-kali panen. Hasil panennya dijual ke Pasar Raya Solok. Luas kebun pepaya ini lima hektar. Dari berkebun ini saja, warga sudah bisa mengantongi pendapatan bersih Rp3 juta per bulan. Itu pun belum termasuk dana yang disimpan dalam kas kelompok ekonomi masyarakat (KEM) Tikalak, yang menjadi milik bersama.
Padahal, dulunya mereka sebagian besar adalah nelayan. Kerjanya mencari ikan di Danau Singkarak. Sebagian lagi sebagai buruh sawah, dan pekerja serabutan. Semenjak hasil ikan Danau Singkarak menurun drastis akibat banyaknya karamba, dan limbah yang mencemari danau, pendapatan ekonomi masyarakat anjlok.
Untunglah ada bantuan modal dan pelatihan dari Pertamina melalui program CSR (Coorporate Social Responsibility) , yang berhasil menumbuhkan kembali ekonomi masyarakat.Yaitu dengan berkebun pepaya, dan sejumlah tanaman lain. Hasil utamanya pepaya, dan sudah berjalan selama satu tahun. Masyarakat berhasil melakukan perubahan transformasi pekerjaan secara bertahap, dari nelayan menjadi petani kebun.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pertamina, yang telah membentuk KEM di tempat kami ini, dan berjalan sukses. Walaupun kami dulunya adalah nelayan, namun proses transformasi pekerjaan ini berjalan lancer dan sukses,” kata Agus Rama Doni, ketua KEM Tikalak.
Satu KEM terdiri dari 25 orang anggota, yang merupakan warga setempat. Lahan yang dipakai untuk menanam buah-buahan tersebut juga sekaligus berfungsi sebagai penghijauan, sehingga bisa mencegah longsor. (dio)