TOPIKINI – Nama daerah Siteba di kecamatan Nanggalo kota Padang, ternyata berasal dari kosa kata bahasa Nias, yang artinya adalah daerah terlarang untuk dikunjungi.
Menurut ahli sejarah, dulunya daerah ini terkenal angker, karena hutan lebat dan banyak binatang buas. Sementara warga Siteba sendiri, banyak yang tak mengetahuinya.
Kawasan Siteba kini sudah padat dan ramai. Di daerah ini berdiri sebuah pasar yang diberi nama pasar Nanggalo atau dulunya pasar Siteba. Siteba saat ini menjadi salah satu kawasan permukiman terpadat di kota Padang, sejak komplek perumahan serta kampus kampus berdiri di daerah ini.
Saat ditanya kepada warga Siteba, tidak ada yang tahu arti dari kata Siteba tersebut. Selama ini yang ada dalam fikiran warga, Siteba adalah singkatan dari Siap Terima Banjir. Pasalnya daerah ini dulunya selalu terendam banjir kiriman, jika musim hujan tiba.
“Siteba tu Siap Terima Banjir, itu wak tau nyoh, arti sabananyo ndak tau wak doh,” ucap Mimi, salah seorang warga Siteba.
Daerah yang bertetangga dengan Siteba yaitu Kurao, yang kini menjadi kelurahan Kurao Pagang. Menurut Doktor Anatona Gulo, M.HUm, ahli sejarah dan juga dosen ilmu sejarah fakultas ilmu budaya universitas andalas, kedua kata tersebut Siteba dan Kurao, tidak ditemukan dalam kosa kata bahasa Minang, tapi ditemukan dalam kosa kata bahasa Nias.
Siteba dari kata Stebae yang berarti daerah terlarang untuk dikunjungi. Sedangkan Kurao, berasal dari kata hurao, yang artinya raungan atau bunyi-bunyian binatang buas.
“Siteba itu dari kata Stebae yang artinya daerah terlarang, karena dulu daerah itu hutan lebat. Daerah tetangganya Kurao dari kata Hurao atau Raungan hewan hewan buas, jadi daerah ini dulunya tabad 18 belas itu terkenal angker,” kata Doktor Anatona Gulo, M.hum, dosen ilmu sejarah FIB Unand.
Selain Siteba dan Kurao, banyak lagi nama daerah kota Padang yang berasal dari kosa kata bahasa Nias. Ini juga sebagai salah satu petunjuk, penduduk kota Padang dulunya juga dihuni oleh masyarakat dari suku Nias.(art)