TOPIKINI – Seorang bayi perempuan yang diberi nama Nadifa Alamira, lahir dengan kondisi premature di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman. Bayi tersebut lahir dengan berat badan hanya 700 gram. Kondsisi ini membuatnya harus mendapat perhatian khusus dan dirawat dalam inkubator.
Bayi perempuan itu terlahir pada tanggal 09 Desember 2019 dari seorang ibu muda bernama Nerleli, warga kanagarian Koto Baru, kabupaten Padang Pariaman. Usia kanduangan hanya 23 minggu dan melahirkan secara normal.
Namun kehadiran Nadifa di muka bumi tidaklah seperti bayi lainnya yang hanya memiliki berat 700 gram jauh dibawah ambang batas bayi normal dengan berat rata-rata 2.500 gram. Sempat terjadi kepanikan, karena berat badannya sempat anjlok mencapai 500 gram, namun masa kritis ini berhasil dilalui.
Beruntung Nadifa berada dibawah pengaswasan petugas medis yang sangat perhatian dengannya di rumah sakit, yang rela kerja ekstra untuk merawat Nadifa.
“Bayinya lahir spontan, usia kehamilannya 23 minggu kurang dari 6 bulan, kondisi lahirnya kita pakai alat bantu nafas, dan juga dibantu dengan oksigen,” kata dokter Sari Dewi, dokter RSUD Pariaman.
Orang tua bayi yang hidup sangat sederhana nyaris putus asa untuk membiayai kelahiran bayinya, karena tak memiliki BPJS. Beruntung pihak rumah sakit mau merawatnya, namun besarnya biaya untuk membeli obat, membuat mereka kewalahan.
Ayah Nadifa hanyalah seorang pekerja serabutan, dan ibu hanya seorang ibu rumah tangga, dan hidup dengan sangat sederhana. Sang ibu tak bisa berbuat banyak untuk mengobati anaknya dengan biaya yang sangat besar. 28 hari jaminan persalinan yang dimilikinya sudah habis masa berlakunya.
Kartu miskin atau jaminan kesehatan dari pemerintah taklah mereka dapatkan. Nadifa nyaris pulang karena tak ada biaya untuk merawatnya dirumah sakit. Tak mau ambil resiko terburuk untuk keselamatan bayi premature ini, pihak rumah sakit memberikan perawatan gratis, sampai BPJS mandiri yang didaftarkannya berlaku aktif.
“Bapaknya tidak kerja setiap hari, jadi ndak bisa dipastikan berapa penghasilannya, sementara untuk biaya anak ini, belum tahu mengadu kemana,” ucap Nerleli, ibu bayi.
Pihak rumah sakit, berkomitmen akan tetap merawat bayi hingga dinyatakan bisa untuk dirawat di rumah. Menurut dokter Herlina Nasution, Kabid pelayanan RSUD Pariaman, soal pasien yang tidak mampu, nanti akan di urus belakangan.
“Kami tetap berkomitmen untuk merawat si Bayi, soal pasien tak mampu bayar, nanti kita urus belakangan,” kata dr Herlina Nasution, kabid pelayanan RSUD Pariaman.
Meski mendapat perhatian dari rumah sakit, Nurleli, ibu bayi masih berfikir keras, karena kebutuhan khusus bayinya sangatlah jauh dari kemampuannya. Nadifa harus mendapatkan suplemen khusus dengan harga Rp 120.000 setiap harinya, untuk merangsang pertumbuhannya, agar mencapai berat badan normal, dengan jangka waktu yang belum bisa ditentukan. Uluran tangan para dermawan, sangatlah diharapkan, agar bisa menyelamatkan masa depan bayu prematur ini. (Rafki)